Hidup Ita Susilawati (19), sontak berubah dalam dua tahun terakhir ini. Penyakit aneh yang diderita membuat fisiknya tak beda dengan perempuan berusia 70 tahun.
Seluruh kulit warga Dusun IX Desa Sido Keno, kecamatan Pulau Bandring, Kabupaten Asahan, ini mengeriput. Kantung matanya jatuh dan di perut muncul benjolan sebesar kepalan tangan.
“Kami sudah mengobatkanya ke mana-mana, tapi tidak ada hasil,” ujar ibunya, Ramlia (44), sambil menangis. Ita yang ditinggal pergi begitu saja oleh suami, Hendra Effendi (33), asal Binjai, kini benar-benar menjadi nenek-nenek.
Puteri Ramlia dan Durrahman (50), ini tak mampu berbuat banyak. Seluruh aktivitasnya terhenti total disebabkan oleh penyakit aneh. Tangan dan kedua kakinya kaku tak bisa digerakkan, padahal dulu semasa
sehatnya, perempuan ini dikenal lincah dan pintar mencari uang, untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarganya. Ramlia mengaku, untuk mengobatkan Ita, segala macam usaha telah mereka tempuh.Seluruh kulit warga Dusun IX Desa Sido Keno, kecamatan Pulau Bandring, Kabupaten Asahan, ini mengeriput. Kantung matanya jatuh dan di perut muncul benjolan sebesar kepalan tangan.
“Kami sudah mengobatkanya ke mana-mana, tapi tidak ada hasil,” ujar ibunya, Ramlia (44), sambil menangis. Ita yang ditinggal pergi begitu saja oleh suami, Hendra Effendi (33), asal Binjai, kini benar-benar menjadi nenek-nenek.
Puteri Ramlia dan Durrahman (50), ini tak mampu berbuat banyak. Seluruh aktivitasnya terhenti total disebabkan oleh penyakit aneh. Tangan dan kedua kakinya kaku tak bisa digerakkan, padahal dulu semasa
Mulai dari penanganan medis hingga pengobatan alternatif. Namun, hasilnya tetap sia-sia. “Sudah lima puluh dukun (paranormal) yang kami datangi untuk mengobatkannya, tapi nggak berhasil,” kata dia. Penyakit aneh yang menimpa perempuan yang dulu bertubuh sintal dan cantik ini hingga kini tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Berbagai macam, hipotesis dilontarkan oleh paranormal dan dokter. Ramlia mengungkapkan, penyakit Ita divonis oleh tim medis Rumah Sakit Umum (RSU) Dr Pirngadi Medan karena disebabkan alergi lingkungan. Penuaan dini yang terjadi dengan proses cepat menimpa anak kedua dari tiga bersaudara ini terjadi di pertengahan 2007 silam, atau enam bulan setelah pernikahannya dengan Hendra Effendi.
Ita membeberkan, diawali dengan gejala bintik-bintik merah di sekujur tubuh disertai rasa panas. Pada leher belakang dan paha kedua kakinya terdapat bekas telapak tangan manusia. Seminggu kemudian gejala ini diirigi pula dengan mulai melepuhnya kulit tubuhnya di sejumlah titik, terutama daerah sekitar dada dan perut. Bahkan, kini timbul benjolan di perutnya sebesar kepalan tangan orang dewasa. Ita menyebutkan, penuaan dini ini terjadi tiga bulan setelah suaminya, Hendra pergi merantau meninggalkannya, di saat pernikahan mereka memasuki usia tiga bulan.
“Sampai sekarang dia tak pernah pulang menjenguk saya,” katanya. Menurut Ramlia, selain di RSU Dr Pirngadi Medan, awalnya Ita di rawat di RSU Kartini Kisaran. Namun, karena enam bulan dirawat tak jua sembuh, dia pun di rujuk ke Pirngadi. Hasilnya tetap sama, tak ada solusi yang ditawarkan tim medis untuk mengobati penyakit anehnya ini
Saya Sering Dipanggil Nenek
Kesedihan semakin mendalam dialami perempuan ini. Ita mengaku tak dapat menahan rasa sedih, apalagi setiap ada tamu yang datang ke rumah kelurganya. Sedih bercampur dengan perasaan lainnya, membuat airmatanya tak terbendung lagi. Lebih sedihnya, ungkap dia, sering orang menyangka dia sudah berusia lanjut. ”Saya sering dipanggil nenek. Sedih kali rasanya,” kata perempuan kelahiran 1991 itu. Boleh percaya atau tidak, tapi serangan penyakit aneh ini menyisakan cerita di luar akal manusia.
Ita mengaku, derita yang dideritanya selama dua tahun ini diawali dari mimpi yang berkepanjangan. Dia mengaku, setiap malam terus menerus mimpi dikejar tiga ekor ular kobra hingga akhirnya mimpi ini pun terwujud di alam nyata. Satu hari sebelum dia diserang gejala awal penyakit aneh itu, tiga ekor ular masuk ke rumah orang tuanya, yang akhirnya mati dibunuh saudaranya.
Besoknya, kaki dan tangannya mulai sakit dan kaku. Ita yang dulu berdagang pakaian di kampungnya kini hanya dapat pasrah.Tak ada yang bisa dilakukannya kini, selain menangis. Kulitnya pun makin hari makin mengeriput tanpa sebab yang diketahui secara pasti.
1 komentar:
terimakasih banyak, sangat membantu sekali informasinya...
Posting Komentar