Mereka yang punya pengalaman mendekati kematian kerap kali bercerita melihat sinar yang sangat terang atau berjalan melintasi lorong cahaya sebelum akhirnya mereka tersadar dan kembali ke dunia nyata. Fenomena yang masih diselimuti kabut misteri itu mulai sedikit terkuak.
Satu dari 10 pasien penyakit jantung yang mendapat serangan jantung dilaporkan sering mengalami fenomena cahaya atau merasakan rasa damai dan ketenangan yang luar biasa.
Para ahli dalam laporannya di jurnal Critical Care mengatakan, fenomena cahaya tersebut diduga berasal dari karbondioksida. Hasil uji pada 52 pasien penyakit jantung didapati bahwa kadar gas buang gas dalam tubuh orang yang hampir meninggal rata-rata lebih tinggi dari 11.
Pengalaman bersentuhan dengan "dunia sana" itu, menurut para ahli, disebabkan karena matinya sel-sel otak akibat kekurangan oksigen (anoxia). Pendapat lain menyebutkan, hal itu terjadi karena tingginya kadar karbondioksida dalam tubuh orang yang hampir mati.
Studi sebelumnya menemukan bahwa pemberian napas bantuan dengan karbondioksida bisa menimbulkan
rasa halusinasi yang mirip dengan pengalaman orang-orang yang mati suri tersebut. Studi lain menyebutkan, efek pembiusan dalam operasi juga bisa menimbulkan halusinasi.
Namun, belum diketahui mengapa dalam tubuh pasien serangan jantung terdapat kadar karbondioksida yang tinggi. "Ini adalah bagian lain dari teka-teki yang harus dipecahkan," kata Zalika Klemenc-Ketis, salah seorang peneliti.
Diam-diam fikiran pendeta itu masih bergulat dengan kehairanan. Ia masih sulit memahami ketidaklaziman permintaan Farisi. Memang, kehidupan di syurga ini monoton dan menjemukan. Hidup hanya menikmati kesenangan, kegembiraan berpanjangan. Bukankah kegembiraan dan kesenangan bisa dimaknai bila ada penderitaan dan kesedihan? Sementara di sini, tidak ada penderitaan. Melulu kegembiraan.
(m/s 134)
Sebab ia hanya mendamba cinta dalam keterasingan dan menikmati cahaya Ilahi yang yang menyusupi ke dalam hatinya melalui pintu kesenyapan. Hanya cinta! Ya, hanya cinta sahaja kerana dengan cinta ia merasa sudah cukup, tak ada yang kurang dan lebih didamba dari hidupnya dan itu hanya bisa digapai bila ia kembali ke dunia.
Hidup di dunia, di mana iblis setiap saat mengusik ketenangannya, tapi ia mampu menghadapinya dengan sabar dan ikhlas dalam penderitaan.
(m/s 156)
Tak lama kemudian Farisi menceritakan kegelisahannya. Hidup di syurga, hanya untuk memuaskan nafsu. Bergelimang kemewahan dan foya-foya . Padahal nafsu adalah penghalang bagi pencarian kebenaran sejati. Nafsu adalah musuh yang bersarang dalam diri. Itu sebabnya, Muhammad SAW bersabda:
"Musuh yang paling berbahaya dalam dirimu adalah nafsu yang berada di antara dua lambungmu."
"Dunia sudah binasa. Lagi pula apa yang kau harapkan di dunia?"
"Bersujud padaNya. Menahan diri dari kesenangan jasadiah. Kerana kebahagiaan itu ada dalam perjuangan(mujahadah)."
(m/s 171-172)
"Di situ lah keterasinganku!Musim panen(semai) yang terus menerus, hingga aku merindukan musim tanam, musim berjuang melawan nafsu, bermujahadah dan melebur dalam rasa cintaNya. Di tempat ini, hidupku tak bermakna. Sia-sia. Sebab semuanya sudah dibebaskan tanpa aturan."
(m/s 182)
"Lalu apa maumu?"
"Sejak tadi sudah kukatakan,inilah kegelisahanku."
"Kau bodoh!Betapa banyak orang mengidamkan syurga, tapi kau malah hendak menolaknya?"
(m/s 219)
Abdul Hafidz al-Farisi. 15 lorong. Geidurrahman El-Mishry.
Ahli jantung Dr Pim van Lommel, yang juga pernah mengalami mati suri, mengatakan, fenomena cahaya adalah misteri besar dalam hidup manusia. "Sampai saat ini belum ada kajian ilmiah yang bisa menjelaskannya secara memuaskan," katanya.
LONDON, KOMPAS.com
kembaramencaridiri.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar